Senin, 25 Juni 2012

Pengantar Kimia Klinik

Kimia Klinik ini kuliah tentang apa ya? Di Kimia Klinik, dipelajari mengenai perubahan komposisi darah, senyawa endogen (biokimia), maupun cairan tubuh lainnya yang berkaitan dengan diagnosis penyakit dan pemantauan terapi. Cairan tubuh manusia kan mengandung ribuan senyawa kimia, dapat berupa glukosa, ion-ion, hormon, obat, racun, protein, lemak, dan-lain-lain. Nah, komponen-komponen tersebut itu yang akan menjadi poin penting dalam pemeriksaan klinik. Pemeriksaan klinik ini merupakan hasil pengembangan analisis kimia terhadap jaringan, cairan tubuh dan sel-sel yang dikultivasi. Hasilnya digunakan sebagai alat diagnosis pasien dan menjadi saran untuk investigasi penyakit selanjutnya. Wah kenapa ya dari pemeriksaan komponen-komponen tersebut lalu jadi bisa tahu diagnosis penyakit seseorang? Jadi begini, suatu penyakit itu bisa disebabkan oleh perubahan komposisi biokimia tubuh, atau sebaliknya juga penyakit dapat menyebabkan perubahan komposisi biokimia tersebut. Misalnya perubahan konsentrasi glukosa pada diabetes melitus, konsentrasi urea pada gangguan ginjal, atau muncul dan berkembangnya senyawa baru dalam sirkulasi (misal sel-sel kanker). Dengan adanya pemeriksaan atas darah, biokimia, dan cairan tubuh tadi, maka bisa diketahui perubahan apa saja yang terjadi dalam metabolisme tubuh, apakah masih ada dalam batas normal atau tidak. Modul-modul praktikum Kimia Klinik tidak jauh-jauh dari pemeriksaan tersebut. Contohnya kami melakukan pemeriksaan kadar kreatinin, asam urat, dan bilirubin, lalu pemeriksaan kadar protein total dan albumin, pemeriksaan kadar glukosa darah, pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk fungsi hati, serta pemeriksaan kadar kolesterol. Sebenarnya metode pemeriksaan untuk tiap modul ini tidak terlalu rumit karena beberapa sudah ada kit khusus dan pereaksi untuk pengujiannya. Contohnya untuk pemeriksaan kolesterol dengan reaksi warna cara Trinder dengan peroksidase/fenol/4-aminoantipirin. Dasar pemeriksaan untuk pengujian ini adalah munculnya warna merah pada hasil akhir reaksi. Intensitas warna merah yang terbentuk dari hasil reaksi akan sebanding dengan kadar kolesterol total dalam sampel. Intensitas warna tersebut diukur dengan fotometer dengan panjang gelombang tertentu, kemudian diperiksa absorbansinya dan dibandingkan dengan absorbansi standar. Untuk pemeriksaan senyawa biokimia lainnya juga kurang lebih seperti itu, hanya berbeda pereaksi dan metode pendekatannya. Jika sudah mendapatkan hasilnya dan dihitung, maka dapat diinterpretasikan hasil selanjutnya. Apakah nilai kolesterol yang didapat masih dalam rentang normal atau tidak. Jika tidak apa artinya? Jika rentang di atas normal, diduga pasien mengalami hiperkolesterolemia. Namun, apakah data itu saja sudah cukup untuk diagnosis? Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan trigliserida, LDL, HDL. Tapi yaa.. sekedar praktikum, tujuannya agar kami bisa paham bagaimana metodenya dan interpretasi hasilnya. Setelah dapat menerjemahkan hasil sendiri, tentunya kami diarahkan bagaimana penanganan selanjutnya dan terapinya. Untuk skala besar seperti pemeriksaan laboratorium, akan lebih banyak lagi melibatkan alat-alat yang canggih, metode yang lebih akurat, dan sumber daya manusia yang terlatih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar